Rabu, 22 Januari 2020

Menerima ke-bitter-an saat dewasa

Okey mungkin ini akan jadi tulisan yang terasa agak bitter, tapi harus diniatkan menulis lagi semenjak ...

Semua orang punya mimpi, cita-cita, dan keinginan ketika kita kecil kelak ingin menjadi seperti apa. Menjadi dokter, pilot, tentara, dan superhero adalah yang paling common.

Seringnya mimpi ada hanya ketika kita tidur. Gue yang dulu selalu merasa bisa mencapai sesuatu ketika umur 25 tahun pada akhirnya sekarang hanya menjadi orang yang mempunyai hate love relationship dengan pekerjaan gue sekarang. Bukan, bukan masalah uang karena di sini gue "lumayan" bisa membeli yang gue inginkan waktu kecil. Tapi lingkungan yang amat sangat ... mendengki akan satu sama lain.

Gue tahu di setiap sudut ruangan di dunia ini akan ada selalu orang-orang menyebalkan ini, yang selalu merisak orang lain. Sebelumnya gue masih merasa cuek ya karena, i don't give a shit about them, just fuck yourself. Tapi ya seperti halnya batu yang terus terkikis oleh tetesan air, lama kelamaan gue juga muak, sat!

Bekerja dari mulai pukul 07.30-16.00 (yang seringnya sampai 19.00) bukan sesuatu yang gue bayangkan sih saat kecil. Gue kira ketika dewasa gue bakalan berayun dari gedung ke gedung di daerah Sudirman sambil menyelamatkan orang-orang dari kejahatan. Your friendly neighborhood. Ternyata di Sudirman jarak antar gedung cukup jauh ya, jadi gue memutuskan untuk mengubur mimpi tersebut. hmmm.

Dengan kerjaan yang gue jalanin sekarang ini, bills yang harus gue bayar, rute yang setiap hari diulangi, teman yang semakin sedikit jumlahnya, semakin bisa melihat sisi buruk orang lain, tanggung jawab akan sesuatu semakin besar, orang tua yang memutih rambutnya, serta kurangnya olahraga, melihat orang semakin sukses, mengasihani diri sendiri itu adalah sedikit dari banyak hal yang mungkin dialamin oleh rata-rata sobat sejawat gue.

Untuk itu sekarang adalah saatnya kita mengeluh, gak ada kok yang ngelarang kita untuk mengeluh selama kita tidak lupa bersyukur. It's okey untuk gagal sekarang, untuk merasa orang lain lebih baik daripada kita. Cobalah cintai diri sendiri dengan cara tidak membebani diri kita. Gapapa kok kita gak bisa mewujudkan mimpi kita, ya mungkin beberapa orang berhasil meraih mimpinya. Tapi kalau kita gak bisa ya it's okeyyy.

Karena jika kita gak bisa berdamai dengan diri kita dan memaksakan mimpi-mimpi kita, kapan kita bisa menikmati hal yang sekarang kita punya? Ayolah jujur, yang lo milikin sekarang udah pernah lo syukuri belum?.

Halah lo ngomong gini kayak yang paling bener aja, sat!!!.
Ya gue gak bilang gue bener, tapi mulai sekarang gue mau nikmatin hal yang gue punya dulu sebelum nanti gue akan kehilangan itu satu per satu.








Senin, 08 April 2019

Titik Awal dan Titik Akhir Setiap Orang Berbeda

Salah satu hal yang menjadikan kehidupan kita rumit adalah karena adanya standarisasi atau passing grade yang membuat banyak dari kita memiliki pandangan atas kasta seseorang. Siapapun orang yang memulai pengkotak-kotakan atas kesuksesan oranglain patutnya dikutuk bersama.

Hal itu menjadi penting karena kita terlalu sering mengkomparasikan titik kesuksesan yang telah dicapai oleh si Budi dan si Bento.


Bento, Pemuda berusia 26 tahun lulusan universitas termahal di Indonesia. Sekarang ia memiliki 2 mobil Ferrari hasil adsense dari YouTube dan endorsement brand-brand ternama. Sejak dulu Bento memang dikenal populer dikalangan anak muda karena barang-barang yang ia miliki dari orangtuanya, menjadi keniscayaan melalui fasilitas dan popularitasnya ia bisa menjadi Bento yang sukses, dipanggil stasiun TV swasta, muncul di majalah dan sesekali dipanggil untuk mengisi seminar tentang sosial media.

Sementara itu 500 meter dari komplek tinggal Bento terdapat sebuah kampung yang berisikan kontrakan atau kosan untuk karyawan maupun mahasiswa.


Budi, ia tinggal di salah satu kontrakan tempat para karyawan berpenghasilan UMR di Ibu Kota berkumpul. Budi berasal dari keluarga yang kasta ekonominya di bawah standar (bagi sebagian orang) sempat terancam putus sekolah akibat kurangnya biaya. Ayahnya meninggalkan Budi serta Ibu dan Adiknya untuk berpulang ke hadapan Tuhan yang Maha Esa.

Lalu apakah passing grade kesuksesan seseorang ditentukan oleh sebanyak apa rupiah di rekeningnya? atau sebesar apa fame yang dia dapat?

Banyak yang lupa bahwa fasilitas adalah penunjang, dan hasil dari kerja keras seseorang tidak melulu harus dinilai berdasarkan meterial yang dia hasilkan. Ambil contoh: apakah driver ojek online yang bekerja dari pagi sampai malam bisa diklasifikasikan sebagai bukan pekerja keras berdasarkan meteri yang dihasilkan? Tidak.

Tidak banyak yang melihat bahwa "setiap orang tidak memulai dari titik yang sama" ada yang hanya berjalan untuk bisa menaiki mobil ferarri, ada pula yang harus mempertaruhkan nyawa demi sepiring nasi dan lauk sederhana.

Kamis, 27 Desember 2018

Cuma Bisa Ngomong!

Sebagai orang yang memiliki sisi introvert yang dominan, mengisi waktu luang dengan membaca cerita adalah sesuatu yang paling gue sukai disamping menonton anime atau film box office di bioskop. Tidak banyak hal yang bisa gue lakukan ketika harus bersosialisasi selain alam bawah sadar yang selalu berusaha "how i make a joke about it" setiap bertemu dengan orang baru. Yes, i think im more funny than average people. Funny is always in my bones.

Itu juga yang membuat gue kesulitan ketika harus ngomong sesuatu yang serius, people don't take me seriously. Mereka selalu menganggap gue sedang bercanda, kadang itu bikin agak annoyed sih. Akan selalu sulit untuk merubah pemikiran mereka karena ya mungkin itu bawaan gue yang selalu ingin membuat orang lain tertawa.

Gagalnya gue dalam hubungan asmara mungkin juga disebabkan oleh tidak bisanya pasangan gue membaca emosi pada saat gue serius atau bercanda, pun yang menyebabkan gue lebih temprament karena saat ingin bicara serius, nobody give a shit. Everyone expect me to make a jokes, and sometimes it makes me upset.

Kebiasaan menyendiri dan selalu punya percakapan dengan diri sendiri kadang membuat gue merasa banyak hal yang tidak berjalan dengan semestinya, keanehan orang-orang yang membuat gue ingin mengeluarkan opini tidak pernah bisa tersalurkan.

Tidak jarang hasil dari percakapan dengan diri sendiri menjadi "backfire" dalam gue mengambil suatu keputusan, atau dalam hablum minannas. Tapi gue selalu berusaha tidak konfrontatif terhadap orang lain, gue lebih suka bersikap obyektif dan menghindari konflik.

Setelah menemukan media untuk menyalurkan pikiran gue melalui media podcast, candupun tak terelakan untuk terus membicarakan isi kepala. Terlihat sotoy memang, untuk itu gue selalu bilang bahwa ini adalah media gue dalam menyalurkan keresahan. Benar atau salahnya ya itu murni hasil dari khilaf gue sebagai manusia yang bodoh.

 Lihatlah netizen dengan komentar mereka yang beringas dalam rimba sosial media ini, podcast dan (mungkin) blog ini bisa menahan diri gue untuk menjadi bar-bar sebagaimana warganet pada umumnya yang cuma bisa komentar. kalau gue sih, cuma bisa ngomong.

Rabu, 18 Juli 2018

Susahnya jadi orang lucu

Kita kalau makan sesuatu pasti suka rasa yang bervariasi, mulai dari pedas, asin, gurih, manis, dan lainnya.

Sama seperti makanan, manusiawi rasanya kalo kita menyebut setiap orang memiliki sifat marah, sedih, senang, dan lainnya.

Sedikit cerita, banyak temen-temen ataupun orang yang baru atau udah lama kenal sama gue kalo gue tanya "eh gue tuh orangnya kayak gimana sih menurut lu?". Mostly, mereka akan jawab kalo gue itu "lucu, menyenangkan, humoris".

Lalu ada pertanyaan "kenapa sih elu memilih jadi orang humoris?". Jawabannya sih gampang, karena everyone, they deserve to be happy.

Alasan lainnya karena gue suka aja buat orang senyum atau ketawa kalo lagi bareng gue, masa mau sih lo ketika suasana sekitar lo sehari-hari jadi seperti antrian untuk eksekusi mati yang tegang banget.

Masalahnya gak semua perasaan gue itu humor, ada juga sedih, galau, marah dan perasaan lainnya seperti manusia pada umumnya.

Gue sebel banget ketika gue ngomong serius malah diketawain. Ketika gue mau me time selalu dianggap gak perlu, apalagi ketika gue marah akan selalu dianggap gue tuh gak marah. Tai banget.

Ada kalanya pada satu hari kita bangun dalam keadaan galau, sedih atau marah entah karena mimpi dan lain hal.

People don't take me seriously. Mereka selalu menganggap bahwa gue itu remeh. Padahal salah satu tujuan gue membuat mereka tertawa adalah supaya mereka ngelupain masalah yg mereka punya. But they never thank me for that.

Apalagi ketika gue galau atau marah, i wish they understand what i feels instead of being an asshole.

Kenyataannya mereka bakalan jadi asshole, they're bullying me, they mocking me. Yang gue inginkan cuma waktu sendiri, bukannya malah dihibur dengan cara begitu. Entah menghibur atau mereka emang ngeremehin gue aja.

Itulah alasan gue sangat amat suka kalau lagi di rumah, ngeliat mama seneng itu udah jadi bagian kebahagiaan terbesar gue. Untuk saat ini cuma nyokap doang yg bisa bikin gue senyum, yang tau kalo anaknya juga punya perasaan senang, sedih, galau ataupun marah ketika semua orang merendahkan perasaan lain yg gue punya.

Ya mungkin cuma Allah dan blog yang bisa menerima perasaan galau gue hehehe

Kamis, 14 Juni 2018

Keresahan yang terpending

Sudah terlalu lama sejak gue nyentuh blog ini, beberapa bulan waktu yang lumayan lama tanpa satupun postingan, eh, atau udah beberapa tahun???.

Ada beberapa hal yang akhir-akhir ini agaknya cukup mengganggu pikiran gue dan akan gue coba untuk nulis lagi setelah dapet motivasi kecil-kecilan dari Acong. Kalau mau tau ini blognya https://www.blogebuch.com


.


.


.


.


Akhir-akhir ini gue terganggu sama isi kepala anak zaman now. Kenapa? Bisa lo liat kelakuan mereka di sosmed. Inget gak sih pernah ada trend viral dengan hashtag #RelationshipGoals yang si pasangan ini saling tukeran outfit? Buat gue itu jijik, untuk apa lu tukeran outfit gitu? Perasaan relationship goal harusnya sama pasangan yang udah nikah, kan ada kata GOALS yang artinya tujuan. Terus kalo lo belom sampe tujuan masa mau dibilang GOALS???


Lagipula kalo lu perhatiin muka si cowoknya pervert abis men, dan elu gak tau kan segalanya tentang cowok lu? Tentang "fantasinya", atau lu mungkin mengabulkan permintaan cowok lu yang berfantasi sebagai crossdresser? -_____-"

Nih ya buat cewek-cewek gue kasih tau, sekenal-kenalnya lu sama cowok lu pasti ada banyak hal yg gak elu tau seperti contohnya yg tadi "fantasinya". Dan ketika lu putus, apa itu bakalan jadi kenangan manis? pikiran laki-laki itu lebih picik dan jahat dari yang kalian bayangkan wahai para wanita, karena dari kecil kita laki-laki sudah disuguhi tontonan dewasa menarik yang kami putar di pojok kelas rame-rame, dan disitulah kami mulai merasa seperti "pria dewasa".

Anyway, saran gue jangan sampai kalian para cewek dibegoin sama cowok-cowok kalian, meskipun pada dasarnya cewek lebih pintar dari cowok dalam masalah "ngeles" karena setiap ada masalah dan si cowok udah menemukan fakta untuk men-skakmat ceweknya, si cewek bakalan punya 100 kalimat untuk membalas atau membalikkan fakta yg lu sebutkan. Dan endingnya? Si cowok bakalan kayak orang bego 😑 kenyataan bahwa di kelas lu lebih sering cewek yg juara kelas daripada cowok adalah teori mutlak cewek lebih pintar dari cowok.

Kamis, 15 Februari 2018

Since...

Wooow! Ternyata setahun lebih gue gak pernah nyentuh bloggoblog gue ini, seiring dengan jomblonya gue... hufft
Mohon maaf kalau tulisan ini lebih kurang tambah bagi kali persen agak ngawur bahasanya dan kata perkata nya gak secair dulu karena lumayan lama gak nulis...apa ngetik ya??

Anyway, selama setahun lebih ini banyak banget pelajaran hidup yang gue dapet dari setiap hal yang gue jalanin. Dari mulai bentuk gue yang kayak lidi-lidian pedes sampai akhirnya berbentuk seperti om-om pedo yang keseringan kentut, gue merasakan sensasi perubahan dari abg menjadi sedikit lebih dewasa. Ketika ditolak ketika mulai serius sama pacar sampai hal nyebelin yang bikin terus-terusan galau.
Mungkin cukup untuk pemanasan kali ini ya, untuk mengembalikan sense of humor gue yg dulu rasanya perlu banyak baca lagi hehehe

Selasa, 05 April 2016

Beda Prinsip

Sebagian besar orang menganggap, eh bukan, hampir semua menganggap cewek adalah korban utama dari tindak kriminal perasaan yang lagi ngetrend saat ini yaitu pemberi harapan palsu(php) atau pemberi harapan kosong(phk). Tapi cobalah kita telaah baik-baik apa yang menyebabkan php.

Dari pengamatan gue selama ini, faktor utama terjadinya php adalah perbedaan prinsip dalam mendapatkan pasangan antara cowok dan cewek. Cowok merupakan mahluk yang mengutamakan logika dibanding perasaannya, kebalikan dari cewek. Terus, kenapa faktor ini yang jadi pemicunya? harusnya kan faktor itu menjadi pelengkap satu sama lain? Secara teori iya, secara praktek? Engggaaaaaaa!

Kita ambil contoh mawar(cewek) lagi PDKT sama 3 orang cowok(percaya deh cewek kalo pdkt gak mungkin cuma dengan satu cowok) dengan tingkat ketampanan setara. Gebetan pertama, sebut saja si A udah PDKT dengan si cewek selama kurang lebih 12tahun, si A ini menganggap kalo cewek yang dia suka ini gak perlu status selama rasa saling nyaman udah didapat. Lalu ada si B, yang PDKT selama 5 bulan dengan si cewek. Si B ini udah mulai ada perasaan sama mawar dan dia cuma nunggu moment yang pas buat nembak tapi si B ini memiliki banyak pertimbangan karena takut inilah, itulah dan lain lain. Terakhir si C, cowok yang baru PDKT dengan mawar selama 2 minggu dan kalo gak ada halangan besok katanya mau nembak si mawar.

Menurut lo siapa yang bakalan jadi pacarnya si mawar? Kalo lu sebut si A, loooo salah besarrrrr men. Karena pada kenyataanya si C dengan modal pdkt selama 2 minggu yang akan jadi pacarnya si mawar. Lho, kok?


Pada dasarnya cewek akan memilih siapa yang lebih cepet nembak dia. Mawar akan beralasan kalau si A dan si B adalah tukang php karena gak kunjung nembak dia. Ya meskipun mereka punya alasan buat nunggu waktu yang tepat. Tapi mawar gak akan peduli, yang dia tahu tuhan penyayang umatnya, oooh apaaa yang terjadi terjadilahh yang dia tahu hanyalah menyambungggg nyawaaaa~